Cerita klasik sederhana tentang kebijakan dan kesuksesan yang luar biasa. Karya ANDRIE WONGSO.
Alkisah, di sebuah kerajaan, sang raja ,memiliki kegemaran berburu.
Suatu hari, ditemani penasehat dan pengawalnya raja pergi berburu ke
hutan.Karena kurang hati-hati, terjadilah kecelakaan, jari kelingking
raja terpotong oleh pisau yang sangat tajam.Raja bersedih dan meminta
pendapat dari seorang penasihatnya. Sang penasehat mencoba menghibur
dengan kata-kata manis, tapi raja tetap sedih.
Karena tidak tahu lagi apa yang mesti diucapkan untuk menghibur raja,
akhirnya penasehat itu berkata: 'Baginda, FAN SHI GAN JI, apa pun yang
terjadi patut disyukuri '.mendengar ucapan penasehatnya itu sang raja
langsung marah besar. 'Kurang ajar ! Kena musibah bukan dihibur tapi
malah disuruh bersyukur... !' Lalu raja
memerintahkan pengawalnya untuk menghukum penasehat tadi dengan hukuman tiga tahun penjara.
Hari terus berganti. Hilangnya jari kelingking ternyata tidak membuat
raja menghentikannya berburu. Suatu hari, raja bersama penasehatnya yang
baru dan rombongan, berburu ke hutan yang jauh dari istana. Tidak
terduga, saat berada di tengah hutan, raja dan penasehatnya tersesat dan
terpisah dari rombongan. Tiba-tiba, mereka dihadang oleh orang-orang
suku primitif. Keduanya lalu ditangkap dan diarak untuk dijadikan korban
persembahan kepada para dewa.
Sebelum dijadikan persembahan kepada para dewa, raja dan penasehatnya
dimandikan. Saat giliran raja yang dimandikan, ketehuan kalau salah satu
jari kelingkingnya terpotong, yang diartikan sebagai tubuh yang cacat
sehingga dianggap tidak layak untuk dijadikan persembahan kepada para
dewa. Akhirnya, raja ditendang dan dibebaskan begitu saja oleh
orang-orang primitif itu. Dan penasehat barulah yang
dijadikan persembahan kepada para dewa.
Dengan susah payah. akhirnya raja berhasil keluar dari hutan dan kembali
ke istana. Setibanya diistana, raja langsung memerintahkan supaya
penasehat yang dulu dijatuhinya hukuman penjara segera dibebaskan.
'Penasehat ku, aku berterimakasih kepada mu. Nasehatmu ternyata benar,
apa pun yang terjadi kita patut bersyukur. Karena jari kelingkingku yang
terpotong waktu itu, hari ini aku bisa pulang dengan selamat. . . . '
Kemudian, raja menceritakan kisah perburuannya waktu itu secara lengkap.
Setelah mendengar cerita sang raja, buru-buru sipenasehat berlutut
sambil berkata: 'Terima kasih baginda.Saya juga bersyukur baginda telah
memenjarakan saya waktu itu. Karena jika tidak, mungkin sekarang ini,
sayalah yang menjadi korban dipersembahkan kepada dewa oleh orang-orang
primitif.'
Cerita di atas mengajarkan suatu nilai yang sangat mendasar, yaitu FAN SHI GAN JI apa pun
yang terjadi, selalu
bersyukur, saat kita dalam kondisi maju dan sukses, kita patut
bersyukur, saat musibah datang pun kita tetap bersyukur. Dalam proses
kehidupan ini, memang tidak selalu bisa berjalan mulus seperti yang kita
harapkan. Kadang kita di hadapkan pada kenyataan hidup berupa
kekhilafan, kegagalan, penipuan,fitnahan, penyakit, musibah, kebakaran,
bencana alam, dan lain sebagainya.
Manusia dengan segala kemajuan berpikir, teknologi, dan kemampuan
antisipasinya, senantiasa berusaha mengantisipasi adanya potensi-potensi
kegagalan, bahaya, atau musibah. Namun kenyataannya, tidak semua aspek
bisa kita kuasai. Ada wilayah 'X' yang keberadaan dan keberlangsungannya
sama sekali di luar kendali manusia. Inilah wilayah Tuhan Yang Maha
kuasa dengan segala misterinya.
Sebagai makhluk berakal budi, wajar kita berusaha menghindarkan segala
bentuk marabahaya. Tetapi jika marabahaya datang dan kita tak lagi mampu
untuk mengubahnya, maka kita harus belajar dengan rasa syukur dan jiwa
yang besar untuk menerimanya. Dengan demikian beban penderitaan mental
akan jauh terasa lebih ringan, kalau tidak, kita akan mengalami
penderitaan mental yang berkepanjangan. Sungguh, bisa bersyukur dalam
keadaan apapun merupakan kekayaan jiwa.
Maka saya sangat setuju sekali dengan kata bijak yang mengatakan KEBAHAGIAAN DAN KEKAYAAN SEJATI ADA DI RASA BERSYUKUR. . . .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar