Sabtu, 31 Desember 2011

Impian Seorang Mahasiswi

Hari pertama kuliah di kampus, profesor memperkenalkan
diri dan menantang kami untuk berkenalan dengan seseorang
yang belum kami kenal. Saya berdiri dan melihat sekeliling
ketika sebuah tangan lembut menyentuh bahu saya.

Saya menengok dan mendapati seorang wanita tua, kecil, dan
berkeriput, memandang dengan wajah yang berseri-seri
dengan senyum yang cerah. Ia menyapa, "Halo anak cakep.
Namaku Rose. Aku berusia delapan puluh tujuh. Maukah kamu
memelukku?"

Saya tertawa dan dengan antusias menyambutnya, "Tentu saja
boleh!".
Dia pun memberi saya pelukan yang sangat erat.

"Mengapa kamu ada di kampus pada usia yang masih begitu
muda dan tak berdosa seperti ini?" tanya saya
berolok-olok.

Dengan bercanda dia menjawab, "Saya di sini untuk
menemukan suami yang kaya, menikah, mempunyai beberapa
anak, kemudian pensiun dan bepergian."

"Ah yang serius?" pinta saya. Saya sangat ingin tahu apa
yang telah memotivasinya untuk mengambil tantangan ini di
usianya.
"Saya selalu bermimpi untuk mendapatkan pendidikan tinggi
dan kini saya sedang mengambilnya! " katanya. Setelah jam
kuliah usai, kami berjalan menuju kantor senat mahasiswa
dan berbagi segelas chocolate milkshake. Kami segera
akrab.
Dalam tiga bulan kemudian, setiap hari kami pulang
bersama-sama dan bercakap-cakap tiada henti. Saya selalu
terpesona mendengarkannya berbagi pengalaman dan
kebijaksanaannya. Setelah setahun berlalu, Rose menjadi
bintang kampus dan dengan mudah dia berkawan dengan
siapapun. Dia suka berdandan dan segera mendapatkan
perhatian dari para mahasiswa lain. Dia pandai sekali
menghidupkannya suasana.

Pada akhir semester kami mengundang Rose untuk berbicara
di acara makan malam klub sepak bola kami. Saya tidak akan
pernah lupa apa yang diajarkannya pada kami. Dia
diperkenalkan dan naik ke podium. Begitu dia mulai
menyampaikan pidato yang telah dipersiapkannya, tiga dari
lima kartu pidatonya terjatuh ke lantai. Dengan gugup dan
sedikit malu dia bercanda pada mikrofon. Dengan ringan
berkata, "Maafkan saya sangat gugup. Saya sudah tidak
minum bir.. Tetapi wiski ini membunuh saya. Saya tidak
bisa menyusun pidato saya kembali, maka ijinkan saya
menyampaikan apa yang saya tahu."

"Kita tidak pernah berhenti bermain karena kita tua. Kita
menjadi tua karena berhenti bermain. Hanya ada rahasia
untuk tetap awet muda, tetap menemukan humor setiap
hari.Kamu harus mempunyai mimpi.Bila kamu kehilangan
mimpi-mimpimu, kamu mati.Ada banyak sekali orang yang
berjalan di sekitar kita yang mati namun mereka tak
menyadarinya. "

"Sungguh jauh berbeda antara menjadi tua dan menjadi
dewasa. Bila kamu berumur sembilan belas tahun dan
berbaring di tempat tidur selama satu tahun penuh, tidak
melakukan apa-apa, kamu tetap akan berubah menjadi dua
puluh tahun. Bila saya berusia delapan puluh tujuh tahun
dan tinggal di tempat tidur selama satu tahun, tidak
melakukan apapun, saya tetap akan menjadi delapan puluh
delapan. Setiap orang pasti menjadi tua.
Itu tidak membutuhkan suatu keahlian atau bakat. Tumbuhlah
dewasa dengan selalu mencari kesempatan dalam perubahan."

"Jangan pernah menyesal. Orang-orang tua seperti kami
biasanya tidak menyesali apa yang telah diperbuatnya,
tetapi lebih menyesali apa yang tidak kami perbuat.
Orang-orang yang takut mati adalah mereka yang hidup
dengan penyesalan."

Rose mengakhiri pidatonya dengan bernyanyi "The Rose".
Dia menantang setiap orang untuk mempelajari liriknya dan
menghidupkannya dalam kehidupan sehari-hari. Akhirnya Rose
meraih gelar sarjana yang telah diupayakannya sejak
beberapa tahun lalu. Seminggu setelah wisuda, Rose
meninggal dunia dengan damai. Lebih dari dua ribu
mahasiswa menghadiri upacara pemakamannya sebagai
penghormatan pada wanita luar biasa yang mengajari kami
dengan memberikan teladan bahwa tidak ada yang terlambat
untuk apapun yang bisa kau lakukan. Ingatlah, menjadi tua
adalah kemestian, tetapi menjadi dewasa adalah pilihan.

* * * * *
Sediakan waktu untuk berpikir, itulah sumber kekuatan.
Sediakan waktu untuk bermain, itulah rahasia awet muda.
Sediakan waktu untuk membaca, itulah landasan
kebijaksanaan.
Sediakan waktu untuk berteman, itulah jalan menuju
kebahagiaan.
Sediakan waktu untuk bermimpi, itulah yang membawa anda ke
bintang.
Sediakan waktu untuk mengasihi dan dikasihi, itulah hak
istimewa Tuhan.
Sediakan waktu untuk melihat sekeliling anda, hari anda
terlalu singkat untuk mementingkan diri sendiri.
Sediakan waktu untuk tertawa, itulah musik jiwa.

Tidak ada komentar: