Kamis, 10 Mei 2012

Mempertahankan Kebahagiaan Rumah Tangga

Semua orang pasti ingin memiliki keluarga atau rumah tangga yang bahagia. Suami menyayangi istri, istri memahami suami, anak-anak patuh dan tidak nakal. Sepertinya semuanya jadi sempurna.

Namun, kerap kali kenyataan bakal berkata lain. Ternyata menikah tak seindah masa pacaran dulu, tak seindah impian yang diangankan.

Nah, berikut ada sepuluh tips yang harus Anda praktekkan jika Anda ingin memiliki kehidupan rumah tangga yang bahagia.

Hubungan Yang Tak Tergoyahkan

Ego manusialah yang membuat kita tidak dapat hidup rukun dengan orang lain. Tiap manusia memiliki kecenderungan merasa bahwa dirinya yang paling benar, orang lainlah yang salah dan harus berubah.

Hal itu berlaku dalam segala jenis hubungan, baik ortu-anak, pasangan suami istri, teman, rekan kerja, maupun saudara.

Selalu akan ada yang namanya gesekan dalam hubungan. Beda pendapat, perselisihan, salah paham, kemarahan, bahkan kebencian.

Meski diwarnai dengan hal-hal pahit semacam itu, namun sebuah hubungan tetap dapat dipertahankan dan dapat tetap berjalan dengan baik, asal ada satu tekad penting yang menyertainya yaitu maaf.

Cara Berkomunikasi Yang Perlu Diperbaiki

Keuntungan jika kita dapat berkomunikasi dengan benar adalah hilangnya salah paham, sebaliknya akan timbul pengertian dan pemenuhan kebutuhan yang sesungguhnya.

Sikap Tubuh

Saat berkomunikasi dengan seseorang, sikap tubuh turut memegang peranan penting.

Tatap lawan bicara Anda! Mata jangan sampai 'lari' atau melirik ke mana-mana. Posisi badan (entah duduk atau berdiri) usahakan dalam keadaan siaga atau tegak.

Apabila Jiwa Yang Terluka

Setiap orang pasti pernah mengalami yang namanya kecewa dan terluka. Ada beberapa luka hati yang cepat sembuh, namun ada pula luka yang memerlukan waktu lebih lama untuk sembuh. Ibarat kulit tergores akan lebih cepat sembuh daripada luka tusuk.

Melalui beberapa sikap, kita bisa mengetahui apakah seseorang itu sehat jiwanya ataukah dia sedang dalam keadaan terluka. Mengapa kita perlu tahu? Sebab mungkin, jiwa yang terluka itu ada pada diri Anda sendiri, atau malah sedang menyerang keluarga, pasangan, buah hati, maupun teman-teman Anda.

Pahlawan Keluarga

Ibu....Mama....Bunda? Apapun panggilan kita kepada orang yang telah mengandung, melahirkan, dan membesarkan kita ini tak mengurangi nilai berharga dari seorang ibu.

Di Hari Ibu ini mari kita kembali merenungkan tentang jasa seorang ibu, wanita yang boleh dibilang adalah pahlawan dalam keluarga.

Seorang ibu tidak hanya memenuhi segala kebutuhan kita, namun dia bahkan memberikan semua yang dimilikinya.

Bahkan, ingatlah saat berjuang melahirkan kita, seorang ibu bertempur dengan maut, meregang nyawa, menahan rasa sakit dan derita yang harus dialami. Dengan kata lain, ibu bahkan rela memberikan nyawa untuk anak-anaknya.

Jangan Berteriak

Kejengkelan tersebut terkadang membuat kita berapi-api dan tak dapat menahan emosi. Pada akhirnya Anda kerap meneriaki anak Anda ketika mereka tiba-tiba menangis, tidak mau makan, atau tak sengaja menjatuhkan barang kesayangan Anda. Suara Anda bertahap semakin tinggi ditambah rajukan anak Anda yang secara otomatis menekan gas emosi dalam otak Anda.

Jika diingat lagi, tidak seharusnya kita berteriak dan bertindak seekstrim itu. Ada hal-hal bijak yang dapat dilakukan tanpa harus berteriak dan membuat anak mengerti hal mana yang baik dan yang kurang baik. Kita harus sepenuhnya menyadari bahwa teriakan pada anak memiliki potensi yang sangat besar untuk memicu hal yang lebih buruk terjadi. Mengapa kita harus berhenti berteriak pada anak-anak kita?