Hanya orang-orang 'penting' saja yang berpotensi untuk melukai kita dengan sangat dalam. Kita takkan terlalu peduli jika kenalan atau teman biasa yang melukai hati kita. Kita mungkin malah akan dengan mudah memaafkannya dan kemudian melupakan peristiwa itu begitu saja.
Namun, berbeda dengan pasangan atau sahabat karib kita. Ketika mereka melakukan sesuatu yang membuat kita tertawa atau bahagia, itu akan kita ingat. Demikian juga dengan setiap sikap mereka yang menimbulkan luka di hati.
Intinya, mereka, orang-orang yang karib dan penting bagi kita memiliki pengaruh yang besar dalam hidup kita.
Namun, sayangnya sebagian besar dari kita memiliki pandangan yang keliru tentang pernikahan. Kita berpikir jika kita menikah maka kita akan lebih bahagia daripada sekarang.
Padahal kenyataannya, pernikahan itu hanyalah sebuah keinginan (bagi beberapa orang merupakan suatu kebutuhan), bukan sarana untuk mencapai kebahagiaan yang lebih.
Karena memegang pandangan inilah, banyak orang yang akhirnya kecewa karena pernikahannya tidaklah sebahagia yang dia idamkan.
Tidak seorang pun di dunia ini yang bisa membuat kita bahagia atau merasakan kepuasan seutuhnya, karena hal ini tergantung dengan sikap hati kita sendiri dalam memandang hidup.
Oleh karena itu, bagi Anda yang ingin menikah, buang jauh-jauh khayalan tidak realistis tentang pernikahan yang 'bahagia selama-selamanya'.
Sedangkan bagi Anda yang sudah terjun dalam pernikahan, bahkan bagi Anda yang telah kenyang dengan pahitnya kehidupan rumah tangga itu, saya sarankan jangan putus asa dan menyerah.
Kebanyakan orang berpikir, bahwa jika mereka bercerai dan menikah lagi, maka kemungkinan besar mereka akan lebih bahagia dengan pasangan kedua.
Hal ini tidak sepenuhnya benar, apalagi jika ternyata Andalah yang 'bermasalah'.
Kita semua harus belajar untuk memiliki mental teman, khususnya jika menyangkut hal-hal yang pahit.
Apa artinya?
Artinya, anggaplah pasangan atau sahabat sebagai teman saja, jika Anda sedang berkonfrontasi. Dengan memiliki mental teman, maka tuntutan terhadap pasangan atau sahabat akan berkurang.
Anda tidak akan mudah sakit hati karena Anda menganggap suami atau sahabat sebagai 'teman belaka'.
Mental teman juga melatih kita untuk menjadi pribadi yang mandiri. Menyatu tapi tak terikat. Menyatu tapi tak mudah terpengaruh. Sehingga kita tidak akan mudah sakit hati jika mereka melakukan hal yang salah.
Memang tak mudah, namun latihlah diri Anda. Kembangkan pikiran dan kenangan-kenangan yang menyenangkan. Tinggalkan segala kepahitan yang ada. Maafkan mereka! Karena dengan begitu, Anda sedang membangun jembatan kebahagiaan yang nantinya akan Anda lalui sendiri.
Mengungkit kesalahan dan tetap tinggal dalam hati yang pahit hanya akan menghancurkan kebahagiaan Anda sendiri (dan orang lain). So, lets forgive and forget!
Apabila artikel Mental Sahabat
ini menurut anda menarik dan bermanfaat, jangan lupa berikan komentar
anda dan share ke facebook, twitter, G+ atau ikuti lewat email anda...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar